Selasa, 02 Maret 2010

Menunggu Senja

Aku masih berdiri di tempat ini
Menunggu senja menjadi malam
Ditemani sebatang pohon kapas
Yang tak lagi berdaun

Aku tahu dia masih menyukai senja ini
Senja yang sama seperti 5 tahun lalu
Masihkah ia ingat?
Saat aku dan dia menunggu senja di sudut kota

Hingga suatu pagi aku pergi
Kujanjikan padanya akan kembali
Untuk kembali memandangi senja bersama
Ku katakan, tunggulah aku di sudut kota ini

Tapi nyatanya kabar jua tak pernah ku beri
Membiarkannya patah sendirian
Diamuk masa yang menelan hadirku
Seperti senja yang menjadi malam

Cinta adalah keberanian atau pengorbanan, katanya kini
Dia benar, aku seharusnya tak memintanya untuk menanti dulu
Dia telah merawat lukanya sendiri dalam diam
Dan aku datang mengusik luka itu lagi

Maaf, hanya kata itu untuknya
Bahwa aku telah menduakannya saat ia menanti
Bahwa aku tak pedulikannya
Bahwa aku membuatnya truama pada cinta pertama

Kini, baiknya aku pergi dari hidupnya
Aku kerikil masa lalunya
Tapi, ada yang harus ia tahu
Bahwa aku terlalu mencintainya sampai kini.

Kejujuran

Aku hanya ingin kita bicara tentang kejujuran. Dimana kita bisa berpikir realistis dan tak realistis dengan keterbukaan. Ini bukan soal aku mengungkit apa yang pernah kuberikan dan apa yang tak pernah kau berikan. Hanya saja, akan sangat manusiawi bila aku merasakan begitu terluka saat kau tak pernah membalas sedang aku merasa berhak menerimanya.

Kita tak sedang bicara tentang materi. Hingga tak jadi masalah bila kau katakan kau tak pernah menuntut apa2. Kau benar, kau memang tak pernah menuntut apa-apa, apalagi materi. Aku juga tak pernah menuntut apa-apa darimu selain keterbukaan dan kejujuran. Tapi, apa pernah kau memberikannya? Meskipun pernah, semua itu tak lebih dari kejujuran menyakitkan yang mungkin disaat itu lebih baik kau berbohong saja.

Aku tak mungkin memaksa. Tapi, cobalah kau mengerti dan berdiri di posisiku. Puas sudah kuyakinkan dirimu bagaimana aku serius dan bersungguh. Namun, kau hanya tertawa dan berkata kita tak usah bicara masa lalu. Apakah pikirmu ini hanya soal masa lalu? Ya, kau benar pula, bahwa di masa lalupun kita tak pernah punya ikatan apa2. Sedari dulu, kau selalu membuatku menuggu. Kini, kau membuatku menunggu lagi, dan kali ini menunggu yang tak

Aku yang tersisa

Kini menanti senja kusendiri…
Tak satu hendak menjamu
Semua terlelap dalam khayalan sang malam
Hingga tak peduli cahaya teraniaya sepi

Menyakitkan mengingat redup hanya
sebelah nafas yang tersisa
dari segala hal yang pernah kau tinggalkan

pernah kita merangkai cerita
pernah kita berbicara tentang cinta
pernah kita memecah kebisuan asmara
tapi tak pernah kita mengucap janji setia

Palung-palung itu kini semakin terjal
memisahkan aku dari kehidupan
dan menenggelamkan mu di antara laut, senja dan kejujuran

Tak perlu lagi ku menyambut senja
Tak perlu lagi gempita ketika malam tiba
karena hanya aku yang tersisa
hanya aku,
tanpa dirimu

Aq mencintaimu..
Lebih dari segala hal yang bisa kau definisikan
tentang kata “Cinta“

Ah, percuma...
Tak pernah terfpkirkan oleh mu tentang ku
Meski hanya sedetik dari waktu yang selalu ku berikan
untukmu berpikir

Siapa?

Hujan turun…
Membahas tentang bagaimana kegersangan…
Bercerita bagaimana awan menangis…
Tapi tak pernah bercerita tentangmu…
Ironis…

Padahal selalu kuceritakan perihal kita..
Pada redupnya rembulan,
Pasir pantai atau hembusan angin…
Tapi tanpa nama kau berada disana..

nama itu membekas bertahun-tahun
berselumur dari putih bercak tak karuan hingga putih lagi
sedang aku hanya aku mendekapnya dalam maya
bila kupanggil tak kudapatkan gaungnya
bila kujamah tak kudapatkan bentuknya
seperti membentur ketiadaan
namun mewujud di hati

siapa yang sedang kubicarakan ini?
yang dalam serpihan debupun tak terangkut lagi
dia telah mengkerut, mengecil, dan nyaris tiada
tapi aku masih mengejarnya
aku merindukannya
meski rekaan atau nyata……..??????


dalam episode sebuah cerita

Camar

Dulu….
Aq berpikir kau itu miliku..hanya miliku dan akan selalu begitu hingga seterusnya..
Tapi itu sebelum waktu merenggutmu dariku, setelah itu kau menjadi milik semua orang…
Yah, sejak awal kau memang bukan milik siapa2..layaknya camar, kau terbang bebas tanpa peduli aq menatapmu di sudut pantai ini..

Demi diri sendiri, mencari jalan sendiri terbang mengepakan sayap, menembus jalur dan batas dimana kehidupan harusnya menyerah dan berhenti..
Hanya saja kau tumbuh menjadi sesuatu yang makin tak bisa kujangkau…menjauh dari apa yang kusebut logika dan pertimbangan..
Kini, bagiku kau terlalu hebat, tak bisa di bandingkan..
Dan mulai besok kau akan kembali berlari ketempat yang tidak pernahku ketahui, memulai semuanya dari awal..

Entah jadi apa kau kelak..mungkin camar tak lagi hinggap di pantai ini..tapi disana, di pasir putih dengan batu tengger di tengahnya…
Kau tau, sempat ku berfikir untuk berhenti..”Tak ada gunanya lagi kau berlari, hari ini dia pergi maka biarkan dia pergi”

Tapi “TIDAK” sesuatu dalam diriku menolak untuk berpaling dan kalah..
Ini hanya waktu..hanya masalah waktu…tak peduli berapa jauh kau pergi, tak peduli berapa lama kau tak kembali, tak kubiarkan kenyataan membiarkanku untuk berhenti menanti..
Selamat jalan cintaku yang masih belum bisa kuraih…
Akan kupastikan kemilau senja menyambut kedatanganmu kembali disisiku…

Y a , , kembali disisiku…hanya di sisiku...

Itulah cinta

Adakah tapak tangan kita berpeluh, hati
kita berdebar kencang dan suara kita
tersekat di dada?
Itu bukan Cinta, itu SUKA.

Adakah kita tidak dapat melepaskan
pandangan mata darinya?
Itu bukan Cinta, itu NAFSU.

Adakah kita menginginkannya karana kita
tahu ia ada di sana?
Itu bukan Cinta, itu KESEPIAN

Adakah kita mencintainya karana itulah
yang diinginkan semua orang?
Itu bukan Cinta, itu KESETIAAN

Adakah kita tetap mengatakan kita
mencintainya karana kita tidak ingin
melukai hatinya?
Itu bukan Cinta, itu BELAS KASIHAN.

Adakah kita mengatakan padanya
bahawa setiap hari hanya dia yang kita
fikirkan?
Itu bukan Cinta, itu DUSTA.

Adakah kita rela memberikan semua
perkara yang kita senangi untuk
kepentingan dirinya?
Itu bukan Cinta, itu KEMURAHAN HATI.

Adakah kita menjadi miliknya karana
pandangan matanya membuat hati kita
melompat?
Itu bukan Cinta, itu TERGILA-GILA.

Adakah kita memaafkan kesalahannya
karana kita mengambil berat
tentangnya?
Itu bukan Cinta, itu PERSAHABATAN
Tetapi...

Adakah kita tetap bertahan karana
campuran antara kesakitan dan
kegembiraan yang membutakan dan tak
terfahami ... menarik kita mendekati dan
tetap bersamanya?
ITULAH CINTA.<------->

Minggu, 17 Januari 2010

Sungguh, aku kangen

Aku sedang tidak ingin bercerita tentang cinta. Tapi terasa itu bohong belaka. Aku terdorong dalam lubang. Sekadar bergerak dalam kelam. Karena aku kangen padamu. Kangen yang tak kunjung padam.

Memang sudah jadi takdirku untuk selalu jatuh cinta tiap kali memikirkanmu. Jadi bayangkan, bagaimana payahnya jatuh cinta berkali-kali dalam sehari hanya gara-gara memikirkanmu? Dan sialnya, bukan pada siapa-siapa. Tapi cuma padamu. Cuma padamu! Mungkin banyak orang akan bilang kalau aku cuma mengejar bayangan senja. Tapi kau adalah senja yang nyata, dan tiap saat memikirkanmu membuatku sengsara. Aku capek. Aku capek jatuh cinta padamu. Tapi, adakah yang bisa menyelamatkanku?

Saat ini aku lewat di tempat pertama kali kita ketemu dulu, dan entah kenapa aku ingin sekali memencet nomormu, mengajakmu jalan-jalan di sore yang pasti akan membuatmu begitu nyata dalam tempias cahya. Sayangnya aku masih ingat sms-mu : "Bisakah tolong saya untuk tidak men- sms atau menelpon?Karena saya takut jatuh cinta"

Lantas berhentilah aku di sini. Duduk di halte, tempat biasa kita duduk bersama dulu, melihat mobil gemuruh di kejauhan… oh, Sungguh, aku kangen kamu....